Incinews.net
Minggu, 18 Agustus 2024, 21.48 WIB
Last Updated 2024-08-20T08:12:27Z
AkademisiBajang AsrinDosenHeadlineHUT RIKAHMIKampusKota MataramUnram

Menjaga Mata Air Spiritualitas Bernegara

Foto: Bajang Asrin Dosen FKIP Unram 

(Refleksi HUT RI Ke 79)
Oleh: Bajang Asrin 

Kebaikan dalam segala kegiatan manusia adalah pancaran suara hati yang terang, yang nurani. Sebaliknya kejahatan adalah pancaran suara hati yang gelap, yang zalim (Prof. Nurcholis Madjied, Indonesia Kita,2007)” Merayakan kemerdekaan RI ke 79 pada tahun ini perlu menjadi refleksi kita, anak bangsa.

Momentum ini untuk merefleksi diri bernegara (self-state), apakah kita sedang berada pada koridor yang benar atau melenceng? Di tengah krisis global ini, Indonesia harus menjadi bagian yang memiliki daya tahan kultural dan strategik untuk menjadi negara berperadaban. Pergerakan Indonesia dari tahu ke tahun apakah semakin menambah optimistis kita untuk menjadi negara yang maju atau sebaliknya?.

Apa yang menjadi keresahan kita bersama manakala Indonesia di tengah gempuran budaya global tanpa batas? Saat ini, kita butuh cermin diri lebih kuat dari para pahlawan nasional seperti Bung Karno, Bung Hatta, Tjokro Aminoto, Agus Salim, Jendral Sudirman dan lainya untuk menjadi magnetik tranformasi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tokoh-tokoh tersebut sangat kuat dalam mencitrakan Indonesia Merdeka yang bermartabat di kancah dunia. Mereka menjaminkan Indonesia pada kekayaan spiritualitas, yang menggerakkan jiwa dan raga mendeklarasikan Indonesia Merdeka.

Pengembangan karakter manusia Indonesia haruslah menjadi komitmen negara yang nyata pada kebijakan strategik nasional Tak mudah membangun karakter anak bangsa. Pendidikan harus menjadi bagian penting untuk meningkatkan karakter anak bangsa. Pembiasaan peserta didik sejak dini untuk meningkatkan penjiwaan dan budaya beradab adiluhung di sekolah dan masyarakat.

Misalnya karakter berprestasi membutuhkan penempaan di usia sekolah agar terus terbangun spiritnya dalam mejadi well human bieng untuk pengembangan kualitas pribadi dan keterampilan berkehidupan Saat ini juga sangat tinggi intensitas anak usia sekolah berinteraksi dengan permainan online, yang satu sisi dapat memperburuk budaya literasi moralitas manakala berhadapan dengan kehidupan masyarakat. Memperkuat nilai-nilai spiritualitas merupakan upaya untuk meningkatkan daya imunitas warga negara Indonesia dari ancaman budaya global yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa dan negara kita. 

Lahirnya Indonesia juga ditopang nilai-nilai agama dan budaya yang harus dilestarikan pada sendi-sendi kehidupan masyarakat dan pemerintahan. Kita tidak bisa melupakan ideologis ini dalam menyongsong generasi emas Indonesia 2045. Spiritualitas pendidikan dapat dilakukan dengan beragam kegiatan di sekolah secara terencana dan bervisi penguatan nilai-nilai agama dan budaya pada diri peserta didik. Termasuk, misalnya penguatan nilai-nilai pancasila pada progam merdeka belajar sat ini.

Pembentukan spiritualitas tidak sekedar meramaikan ritual keagamaan yang cenderung menjadi sangat seremonial dan protokoler. Pembentukan spiritualitas dapat termanifestasi pada kehidupan sehari-hari sesuai dengan penghayatan makna nilai-nilai agama dan budaya masyarakat setempat.

Menguatkan aktivitas spiritualitas menjadi sangat urgen pada semua jenjang pendidikan dan lembaga masyarakat, dan pemerintahan. Tidak saja ini sebagai bentuk 
“penolakan” dari arus transaksional kapitalistik warga negara kita. Tapi spiritualitas menjadi inner-spirit, yang
mengkondisikan relasi sosial dan teknologis manusia menjadi lebih kaya makna (meaningfull) pada semua dimensinya.

Spiritualitas ini menjadi utama karena manusia merupakan pribadi yang memiliki sisi rohani yang dapat menggerakkan perangkat fisik yang ada. Indra psikologis dan fisik menjadi mejadi jiwa yang bergerak dalam irama lebih tinggi intensitasnya serta bermakna pada diri manusia serta ekosistemnya peradaban negara-negara besar juga berangkat dari dimensi ini untuk dpat tumbuh kembang berabad-abad, dengan pasang surutnya yang berlangsung juga.

Kajian Daron Acemoglu dan James A Robinson pada bukunya Why Nation Fails??? Melemahnya birokasi pemerintahan karena tersandera kepentingan dinasty dan kelompok tertentu menyebabkan sejumlah negara Asia dan Eropa mengalami kemerosotan; kemiskinan dan pelanggaran hukum serta pelanggaran hak asasi manusia berlangsung secara massif.

Sehingga para tokoh Islam, Imam al-Gazali dan Ibn Khaldun, mencoba mengembalikan peradaban manusia pada dimensi spiritualitas yang lebih toleran dan inklusif.

Staf Pengajar FKIP Unram.