|
Foto: Proses pembuatan Minyak. |
INSAN CITA (inciNews.net) SUMBAWA -
Indonesia yang kaya akan sumber daya alam kelapa kerap memanfaatkan bahan alami sebagai pengobatan tradisional. Termasuk Suku Sumbawa yang bertempat di Nusa Tenggara Barat (NTB). Uniknya, dalam meracik bahan alami menjadi obat tradisional harus melewati suatu tradisi tidak biasa yang dinamakan Tradisi Melala.
Festival Melala merupakan tradisi masyarakat Sumbawa yang dilakukan dalam menyambut tahun baru Hijriah. Dalam tradisi ini, masyarakat beramai-ramai membuat obat berupa minyak atau yang biasa dikenal dengan Minyak Sumbawa.
Tak mau ketinggalan, Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah didampingi Ketua TP PKK NTB, Hj. Niken Saptarini Zulkieflimansyah, Bupati Sumbawa, Drs. H. Mahmud Abdullah dan Wakil Bupati Sumbawa, Hj. Dewi Noviany menyaksikan langsung Festival Melala Sumbawa pada Selasa 1 Agustus 2023.
Bang Zul sapaannya, berkeliling melihat proses pembuatan Minyak Sumbawa yang mana setiap masyarakat memiliki cara dan resep tersendiri dalam pembuatannya.
“Tradisi seperti harus terus dipertahankan. Bisa menjadi ajang silaturrahmi yang membuka kesempatan untuk saling berbagi nilai-nilai budaya, kearifan lokal, dan semangat gotong royong antar-wilayah di kabupaten kota di Daerah kita,”ungkap Bang Zul, Selasa (1/08/2023).
Minyak ini dibuat oleh "Sandro", yang merupakan sebutan untuk orang pintar di Sumbawa. Para Sandro membuat minyak obat ini, dengan berbagai rempah-rempah.
Minyak Sumbawa ini diklaim memiliki berbagai khasiat, mulai dari penyembuhan penyakit fisik, hingga penyakit yang disebabkan oleh supranatural. Minyak Sumbawa sendiri sudah dikenal secara luas oleh masyarakat.
Tradisi Turun Temurun dengan Bahan Pilihan
Melala atau ada juga yang menyebutnya sebagai Melala adalah tradisi turun temurun Suku Sumbawa memuat minyak dari bahan kelapa dan bahan alami lainnya. Termasuk dalam bahan alami ialah seperti akar-akar kayu yang ada di hutan dan dipilih sesuai kebutuhan atau khasiat, madu, sarang burung, cabe, merica, jahe bahkan hingga bagian tubuh hewan tertentu. Pengambil bahan terutama bahan alami pilihan yang susah didapat seperti Tengkura, Saga Loka, Sentok atau akar-akar kayu di hutan harus meminta izin kepada mahluk yang menjaga terlebih dahulu.
Selain itu bahan kelapa yang menjadi dasarnya yaitu diambil santannya untuk direbus dan bisa menghasilkan minyak matang setelah dipanaskan dalam tungku kayu selama sekitar 4 5 jam. Pemilihan jumlah kelapa dalam Tradisi Melala juga diperhatikan.
Dilakukan Menjelang Tahun Baru Islam Supaya Berkhasiat
Prosesi ini biasanya diadakan selama bulan Muharram di tahun Hijriah dan menjadi satu rangkaian dengan kegiatan peringatan Tahun Baru Islam Hijriah oleh Pemerintah Daerah setempat. Minyak ini nantinya bisa digunakan untuk obat segala penyakit di suku ini.
Prosesi Hanya Dilakukan Tabib atau Sandro
Yang uniknya, prosesi Melala hanya bisa dilakukan oleh seorang tabib laki-laki yang dijuluki Sandro. Tidak jarang bahkan para Sandro dikumpulkan dalam Festival Melala di kecamatan Jereweh untuk unjuk kebolehan dalam meracik ramuan khasnya sendiri. Dalam racikan, ada bahan yang hanya diketahui sang Sandro untuk khasiat tersendiri sesuai dengan tujuan minyak tersebut akan digunakan untuk apa.
Tidak Boleh Ada Perempuan
Tidak boleh juga ada campur tangan perempuan di dalam tradisi ini apalagi sampai tangan perempuan menyentuh racikan. Dipercaya akan merusak santan yang direbus bersama bahan tertentu dan tidak akan pernah menjadi minyak. Dan khasiat minyak nya pun juga akan hilang.
Dari Tradisi Melala ini kita bisa melihat bahwa dengan sumber daya alam yang melimpah masyarakat Sumbawa bisa dengan bangga berpegang dengan kearifan lokal meramu minyak sendiri dan memilihnya sebagai pengobatan tradisional.
Selain itu, produk minyak Sumbawa juga dapat menjadi lahan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dari sisi ekonomi. Contohnya saja ternyata khasiat Minyak khas Sumbawa yang dinamakan Minyak Jereweh terkenal hingga ke negeri Jiran