Oleh : Siti Rahmawati
Cabang : Bima
Badko : Bali-Nusra
Incinews.net. Menurut Amrozi (2019: 24), krisis terbesar di dunia saat sekarang yakni krisis keteladanan, di mana krisis ini jauh lebih memprihatinkan dibandingkan krisis energi, kesehatan, pangan dan air, karena hilangnya pemimpin yang visioner dan berintegritas berpengaruh terhadap kemunculan persoalan energi, kesehatan, pangan dan air. Kepemimpinan merupakan suatu proses yang kompleks di mana seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya dalam melaksanakan dan mencapai visi dan misi, dan tugas atau objek-objek yang membawa organisasi menjadi lebih maju dan bersatu (Sahril, 2019:209).
Sedangkan kepemimpinan muslim istilah populernya dikenal dengan sebutan kepemimpinan profetik, di mana kepemimpinan profetik bisa diartikan sebagai kepemimpinan yang dilandaskan kepada nilai-nilai kenabian sebagai utusan Allah (Maktumah, 2020:140). Kepemimpinan profetik meliputi hablumminnas (liberasi dan humanisasi), serta hablumminallah (transendensi).
Secara teoritis, kepemimpinan adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuan bersama. Terdapat beberapa kata kunci yang ditemukan di dalam definisi tersebut: ilmu; seni; dan tujuan bersama. Kata-kata inilah yang perlu dikolaborasikan menjadi satu kesatuan untuk menghasilkan kepemimpinan yang efektif dan efisien.
Era disrupsi dan digitalisasi turut menghadirkan tantangan besar dalam rana kepemimpinan. Revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan kemunculan artificial intelegencia, big data, dan cyber security ini mewajibkan seorang pemimpin untuk setidaknya memahami indikator-indikator kemajuan teknologi dan informasi tersebut. Kenapa? Karena organisasi akan tergilas oleh waktu apabila dipimpin oleh seorang pemimpin yang konservatif atau kolot: organisasi memasuki tahap akhir siklusnya yaitu kepunahan. Argumentasinya, bahwa sekarang dan ke depannya, persaingan semakin kompleks, baik di tataran kemahasiswaan, profesional bahkan negara sekalipun. Maka diperlukan pemimpin yang adaptif terhadap perkembangan zaman.
Bagaimana memunculkan pemimpin yang modern dan adaptif? Jawabannya terletak di dalam kata-kata kunci definisi kepemimpinan.
Pertama, kepemimpinan merupakan ilmu. Dalam hal ini, kepemimpinan digali secara metodik dan berkelanjutan. Seorang pemimpin harus memperbaharui pemikirannya, mendeteksi bakat dan keterampilannya yang berkenan dengan leadership. Hal ini diperlukan agar praktek yang diberlakukan di dalam organisasi tidak ketinggalan zaman.
Kedua, kepemimpinan merupakan seni. Dalam hal ini, seorang pemimpin harus memiliki kemampuan psikologi, memahami individu dan kelompok di dalam organisasi, ditambah lagi masyarakat maya atau netizen kalau kita berbicara tentang konteks paling kontemporer. Kemampuan psikologi diperlukan agar memudahkan dan memperindah aktivitas pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya, menjadi lebih elegan, persuasif dan demokratis.
Kata kunci yang ketiga yakni tujuan bersama. Dalam hal ini, pemimpin tidak dapat berjalan sendiri, ia harus bergandengan tangan dengan bawahan agar mereka bekerja secara kolektif untuk menuju tujuan bersama yang telah ditetapkan. Dalam istilah Islam terbaru disebut muslim intelegensia, atau intelektual organik muslim yang mengedepankan aspek-aspek sosial dan moral. Tujuan organisasi yang dirumuskan tentu bersifat modern, sesuai dengan perkembangan zaman, bahkan melampaui zaman.
Perlu ditegaskan kembali, bahwa ilmu, seni dan tujuan bersama dengan moral Islam merupakan kunci mengorbitkan pemimpin muslim yang modern-adaptif di era sekarang. (Pelred/A.F)