Foto: Prof Bambang Hari Kusumo saat menjadi narasumber di Forum yang digelar Organisasi Pangan Dunia ( FAO ) di Roma, Italia. |
insan cita (incinews), Mataram -Kolaborasi riset Guru Besar Unram melahirlah Lamtoro Beef, daging sapi lokal yang bisa diolah menjadi steak dengan kelezatan setara steak daging impor. Prof Bambang Hari Kusumo menyiapkan riset kembali menjadi ruh Universitas Mataram. Kolaborasi dengan para pemangku kepentingan pun sudah siap.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam kunjungan kerja ke Pulau Lombok April tahun lalu mendapat kejutan. Mantan Gubernur Sulawesi Selatan dua periode tersebut disuguhi menu steak daging.
Menteri Syahrul tahu. Bahwa steak daging yang disuguhkan itu berbahan daging lokal. Yang tidak diketahui, bagaimana rasanya. Bagaimana taste-nya. Sebab, inilah kali pertama daging lokal yang berasal dari Sapi Bali yang diternakkan di NTB, tampil dalam wujud olahan steak.
Maka, berbekal rasa penasaran luar biasa, Menteri Syahrul tak membuang waktu. Begitu steak dihidangan, dia langsung menyantapnya. Satu potongan dicicip. Potongan berikutnya menyusul. Hingga seluruh hidangan di piring pun tandas.
Ada Gubernur NTB H Zulkieflimansyah yang satu meja dengan Menteri Syahrul. Sama persis. Hidangan steak Pak Gub juga tandas. Kegembiraan luar biasa terpancar dari raut wajah kedua tokoh tersebut. Anda bisa menebak. Steak daging berbahan sapi lokal NTB tersebut benar-benar juicy. Benar-benar lezat.
“Pertama kali saya mencicipi daging Sapi Bali dengan daging selembut ini. Saya rasa seperti sapi yang impor atau dari luar. Saya menangkap aroma yang khas. Dan mungkin ini kelebihannya. Karena tidak didapat dari daging yang lain,” kata Menteri Syahrul. Ia semringah. Senyumnya lebar.
Lamtoro Beef. Begitulah nama bahan baku daging yang diolah menjadi steak yang disuguhkan kepada Pak Menteri dan hadirin. Lamtoro Beef, lahir dari riset yang dilakukan para ahli di Universitas Mataram.
“Lamtoro Beef ini lahir dari kerja sama antara Unram dengan Massey University, Selandia Baru,” kata Prof Bambang Hari Kusumo. Ia salah satu Guru Besar Unram yang membidani kerja sama ini.
Dua koleganya Guru Besar Fakultas Peternakan Unram yakni Prof Dahlanuddin dan Prof Yusuf Ahyar Sutaryono kata Prof Bambang, adalah figur sentral yang secara istiqomah mengembangkan Lamtoro Beef.
Semuanya memang bermula dari kerisauan. Sebuah anomali terjadi di Bumi Gora. Provinsi yang dikenal sebagai Bumi Sejuta Sapi, karena posisinya sebagai gudang populasi Sapi Bali terbaik di Indonesia. Namun, hotel dan restoran berbintang di NTB justru menepikan daging sapi lokal. Musababnya, daging sapi lokal tak bisa diolah menjadi steak. Tekstrur daging sapi lokal sangat keras. Sehingga tak memungkinkan diolah menjadi steak yang lezat. Itu sebabnya, berbilang tahun, daging sapi impor menjadi “raja” di balik kelezatan menu steak daging yang disajikan hotel dan restoran pada para konsumennya.
Lalu dimulailah riset ini. Riset dilakukan selama empat tahun. Mulai tahun 2016 hingga 2020. Dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Selandia Baru. Sapi-sapi Bali yang diternakkan di NTB menjalani uji pengelompokan lalu diberi treatmen khusus. Terutama dari pakannya. Di antaranya ada yang di-treatmen dengan tanaman turi. Ada yang juga pakai tanaman lamtoro. Dan hasil terbaik didapat dari sapi yang diberi treatmen lamtoro.
Lamtoro ini kata Prof Bambang, adalah salah satu tanaman produktif untuk pakan ternak. Punya kecepatan tumbuh. Tahan kutu loncat. Tanaman ini juga kaya protein yang dibutuhkan ternak. Cocok pula tumbuh di lahan kering seperti di daerah selatan Pulau Lombok. Atau juga di Pulau Sumbawa. Bisa ditanam di pematang sawah. Tidak melulu membutuhkan lahan khusus.
Dengan dukungan riset yang diberi nama East Indonesia Innovative Farm System and Capability in Agribussiness Activity (IFSCA) dari Selandia Baru ini, maka kini sentra-sentra budidaya tanaman lamtoro sudah muncul di NTB. Bibit-bibit lamtoro unggul pun didatangkan. Salah satunya di Dompu. Hasilnya, para peternak di sana kini tak lagi mengalami kesusahan menyiapkan pakan untuk ternak mereka. Pun saat musim kemarau. Ternak masih dapat pakan dari hijauan. Hal yang sebelumnya menjadi kemewahan.
“Ada keunikan dari sisi nutrisi. Steak dari bahan daging sapi lokal Lamtoro Beef ini adalah steak yang rendah lemak,” kata Prof Bambang.
Karena itu, jangan heran, Lamtoro Beef kini langsung dilirik untuk dikembangkan dengan skala industri untuk bisa menyuplai kebutuhan daging untuk olahan steak dalam negeri. Gubernur NTB H Zulkieflimansyah mengungkapkan, pengusaha besar sudah menyiapkan rencana.
“Daging sapi Bali asal NTB ini akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” kata Gubernur haqqulyakin.
Jika itu mewujud, maka Lamtoro Beef dari NTB ini akan menggantikan daging wagyu, salah satu daging sapi untuk bahan steak terbaik yang biasanya didatangkan Indonesia dari Jepang. Daging wagyu Jepang ini harganya sangat tinggi. Bisa mencapai Rp 3 juta per kilogram. Karena mahalnya, pengusaha hotel dan restoran selama ini menstubstiusinya dengan daging wagyu dari Australia yang harganya lebih murah.
Menggalakkan Riset
Pencapaian riset Lamtoro Beef, tentulah pencapaian luar biasa. Namun, bagi Prof Bambang, kerja masih jauh dari usai. Terlalu banyak komoditas andalan NTB yang butuh sentuhan. Karena itu, dia menekankan, jika takdir Yang Maha Kuasa mengantarkannya memimpin Unram, maka riset haruslah menjadi ruh perguruan tinggi kebanggaan NTB ini.
Prof Bambang pun mengungkapkan, Unram tidak bisa hanya sekadar mengandalkan program Riset Kompetitif Nasional yang pembiayannya mulai dari Rp 100 juta hingga Rp 40o juta. Sebab, riset ini sepenuhnya sangat tergantung pada usaha dan effort dari dosen secara mandiri.
Karena itu, Unram akan menginisiasi dan menyiapkan Riset Unggulan Strategis secara mandiri. Riset seperti ini akan dibiayai sendiri oleh Unram. Secara finansial, kata dia, Unram mampu melakukan hal tersebut. Melalui riset-riset unggulan strategis inilah, Unram akan bisa bermartabat dan menonjol kembali.
“Kalau kita tidak berani mengawali, akan sulit dipercaya oleh pihak lain di luar Unram,” kata Prof Bambang.
Kelak, dengan Riset Unggulan Strategis ini, maka hasilnya akan menjadi ikon baru bagi Unram. Tidak saja Indonesia. Dunia akan menoleh ke Unram. Dan mengirimkan para perwakilannya untuk datang belajar.
Banyak contoh sejumlah komoditas unggulan daerah yang butuh sentuhan riset tersebut. Gaharu misalnya. Unram pernah punya nama dan unggul dalam riset Gaharu. Malaysia bahkan sudah mengajak langsung Unram untuk bekerja sama. Namun, belakangan hal tersebut malah meredup.
“Gaharu ini akan kita hidupkan kembali,” kata Prof Bambang. Permintaan ekspor tanaman ini masih sangat tinggi. Terutama dari Timur Tengah.
Berikutnya adalah riset unggulan di sektor pariwisata. Terutama dalam upaya mewujudkan green island atau green tourism. Sudah pasti, hal ini akan menjadi daya tarik wisatawan datang. Apalagi NTB kini destinasi sport tourism unggulan di tanah air.
Prof Bambang akan menyiapkan Unram menggairahkan kembali riset untuk kendaraan listrik. Riset tersebut harus menghasilkan kendaraan prototipe. Yang bisa digunakan di lingkup Unram. Kendaraan-kendaraan tersebut nantinya bisa menjadi kendaraan yang dioperasionalkan di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika.
Sementara di sisi lain, program ini juga bisa saling bahu membahu dengan program industrialisasi yang saat ini sedang digalakkan Pemprov NTB. Dengan begitu, kontribusi Unram bagi Pemerintah Daerah juga akan kian besar dan kian nyata.
Di bidang kesehatan, Unram juga bisa melakukan riset-riset unggulan. Guru Besar Fakultas Kedokteran Unram Prof Mulyanto telah melakukannya dalam riset hepatitis. Riset unggulan kini bisa mengarah pada penyakit endemik lain semisal vaksin untuk penyakit malaria. Sedapat mungkin, semua Fakultas akan diarahkan untuk memiliki ikon yang menjadi keunggulan masing-masing.
Begitu juga dengan riset sektor pertanian. Perhatian sudah saatnya diarahkan untuk pengembangan jagung dan porang, sebagai salah satu komoditas yang punya masa depan cerah. Sementara sektor perikanan dan kelautan juga tak boleh dilupakan. Unram bisa membuka program studi Eko Wisata Bahari. Di mana program studi ini belum ada di perguruan tinggi manapun. Jika ini mewujud, bukan hanya Indonesia. Dunia pun, bisa datang belajar ke Unram.
Tentulah, sebagai sebuah rencana super besar, untuk mewujudkannya, Prof Bambang tak bisa sendiri. Karena itu, dia yakin sepenuhnya, para koleganya di Unram, para guru besar, para Anggota Senat, akan siap berada di barisan yang sama, untuk menjadikan Unram kembali bermartabat dan menonjol.
Pada akhirnya, riset-riset tersebut akan membuka pintu bagi Unram untuk bekerja sama dengan perguruan tinggi lain. Baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Bukan hanya kerja sama sumber daya. Tapi juga kerja sama yang terkait dengan fasilitas dan juga pendanaan.
Paralel dengan hal tersebut, kerja sama dengan perguruan tinggi lain di NTB juga akan dibuka seluasnya. Unram akan memposisikan diri sebagai pengayom. Alih-alih menjadi pesaing. Dengan begitu, perguruan tinggi di NTB akan menjadi perguruan tinggi yang sama-sama unggul.
Pun juga kerja sama dengan Pemerintah Daerah. Juga akan dibuka seluasnya. Prof Bambang tak akan pernah lupa dengan apa yang disampaikan koleganya Guru Besar IPB University Prof Rokhmin Dahuri. Bahwa, perguruan tinggi di belahan dunia manapun, bisa menjadi besar, bisa menjadi maju, karena mereka bekerja sama dengan pemerintah daerahnya masing-masing.