Foto: kegiatan Wokshop Petani Milenial. |
MEDia insan cita, Mataram: Ikatan Keluarga Alumni Universitas Mataram (IKA-Unram) menggelar kegiatan Wokshop Petani Milenial. Kegiatan yang berlangsung secara offline dan online tersebut merupakan upaya IKA Unram melakukan regenerasi petani di wilayah NTB.
Hal itu menyusul, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang masuk katagori penyumbang PDRB terbesar di Provinsi NTB. Sehingga, kehadirannya akan sangat memberi kontribusi bagi ketahanan pangan secara Nasional
Ketua Pengurus Pusat IKA Unram Hj Baiq Isvie Rupaeda mengatakan, kegiatan Wokshop Petani Milenial, tidak lain merupakan upaya nyata pihaknya untuk terus berkontribusi menjadikan sektor pertanian menjadi sektor yang menguntungkan.
Terlebih, sektor pertanian di NTB dikenal dengan sebutan Bumi Gogo Rancah (Gora). Oleh karenanya, kejayaan sektor pertanian yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus terus dikenalkan.
"Disini IKA Unram perlu dan wajib mengenalkan kejayaan provinsi NTB sebagaj lumbung pangan nasional dengan predikat Bumi Gogo Rancah pada kalangan generasi milenial, utamanya kalangan mahasiswa," ujar Isvie Rupaeda dalam siaran tertulisnya, Kamis (16/9).
Ketua DPRD NTB itu menuturkan, dengan adanya perubahan peradaban. Tentunya, sektor pertanian harus mampu beradaptasi dalam segala kebutuhannya. Salah satunya, pandemi Covid-19, yang telah merubah pola dan tuntutan hidup.
Di mana, lanjut Isvie, dalam kondisi perubahan itu. Tentunya, isu- isu strategis sektor pertanian di wilayah Provinsi NTB. Di antaranya, lahan pertanian yang kian menyempit, ketersediaan pupuk/pestisida, harga komoditas pertanian yang acap kali anjlok, hingga alih teknologi dan market demand harus bisa dijawab oleh pemerintah daerah.
"Selaku Ketua IKA UNRAM, saya melihat potensi generasi milenial sangat strategis dalam ikhtiar memberi kontribusi terhadap kemajuan daerah, khusususnya melalui kebangkitan sektor pertanian di wilayah NTB," kata Isvie.
Menurut dia, dengan potensi populasi generasi milenal yang kini angkanya sekitar 30 persen dari total penduduk di NTB, maka dorongan dan pendampingan, untuk mengajak mereka berpikir dan bertindak kreatif dalam situasi persaingan global saat ini, sangat dibutuhkan.
Apalagi, papar Isvie, merujuk data BPS Provinsi NTB, saat ini, lulusan Perguruan Tinggi atau Universitas mendominasi pengangguran terbuka di NTB. Tak tanggung-tanggung, angkanya mencapai 7,07 persen atau 7.711 orang dari keseluruhan tingkat pengangguran terbuka sebanyak 3,97 persen atau 109.070 orang.
Di mana, BPS juga mencatat trend pengangguran lulusan universitas meningkat dibandingkan Februari 2020 yang berjumlah 3,09 persen atau meningkat 3,11 persen (Year on Year/YoY), dan meningkat 2,03 persen dibandingkan Agustus 2020 yang tingkat pengangguran 5,02 persen.
"Maka, Workshop Petani Milenial ini menjadi penting untuk memberi ilmu praktis bagi generasi milenial, mengingat sektor pertanian akan bisa membawa secerca harapan bagi kebangkitan perekonomian NTB di era Pandemi Covid-19. Tentunya, harus ada sentuhan teknologi dalam pengelolaan dan pembudidayaanya. Misalnya, pertanian Hidroponik. Dengan demikian, istilah pengangguran pada usia milenial ini akan berkurang secara signifikan," jelas Isvie Rupaeda.
Sementara itu, Ketua Panitia Wokshop Petani Milenial, Sigap mengatakan, para peserta kegiatan ini berasal dari sejumlah mahasiswa perguruan tinggi di Kota Mataram. Yakni, UNU NTB, Universitas Muhammadiyah, Unizar, Universitas 45, AMM dan Unram
"Jumlah peserta memang kita batasi sesuai protokol kesehatan Covid-19. Yakni, offline jumlahnya, sebanyak 50 orang saja. Selebihnya, mereka online. Nantinya, mereka akan memperoleh ilmu dari sejumlah narasumber yang ahli di bidangnya. Yakni, H. Mutawali Yahya (Kadis Pertanian Kota Mataram, Zulkarnaen (Spesialis Hidroponik), Muhamad Irwan (Spesialis Budidaya Jamur) dan H. Ricky Hartono (CEO NTB Mall)," tandas Sigap. (Red/Rul)