Foto: Kegiatan Evi Apita Maya saat menjadi narasumber kemarin di acara milineal talk bertajuk Perempuan di Mata AQI. (O'im) |
Mataram, incinews.net: Wakil Ketua I Komiten III DPD RI, Evi Apita Maya, SH,.M,.Kn menilai aspek kepercayaan diri masih menjadi hambatan sebagian besar perempuan untuk berkembang dan mencapai posisi pemimpin.
"Perempuan seringkali tidak percaya diri untuk mendaftar ke posisi-posisi tertentu," ujar Evi saat menjadi narasumber kemarin di acara milineal talk bertajuk Perempuan di Mata AQI atau akrab dikenal Baihaqi calon Walikota Mataram di Pilkada 2020.
Selain itu sambung ia, bahwa perempuan perlu terus didorong untuk bisa mencapai potensi optimalnya, di berbagai bidang yang mereka tekuni.
Pada kesempatan itu, Evi Apita Maya juga menyampaikan, mengajak perempuan mileneal di NTB terutama di kota Mataram untuk tetap percaya diri dalam bidang apapun. Misal seruan semangat kesetaraan gender terus dikampanyekan, "tetapi fakta bisa dibuktikan masih banyak perempuan tidak percaya diri untuk menunjukan kualitas diri diruang publik. Dalam segmen politik pemenuhan 30 persen keterlibatan perempuan harus terwakilkan," paparnya.
"Quota keterwakilan perempuan di ruang politik oleh aturan itu wajib ada. Namun dari fakta politik masih banyak perempuan yang tidak percaya diri. Artinya sebagai perempuan kita bisa tunjukan kualitas diri untuk berjuang. Bukan hanya belas kasihan,"tambahnya.
kepada peserta perempuan diacara Ngopi Bang AQI ini, Evi juga mengungkapkan politik atau panggung apapun itu pendekatan Lobyng. Paradigma perempuan tidak hanya urusan rumah tangga saja.
"Tidak hanya urusan rumah tangga. Kita bisa survive dengan terus mempertajam kualitas diri,"cetusnya.
Sementara Baihaqi mengatakan sering kali perempuan tidak mau menunjukkan eksistensi. Dan perempuan ini menjadi objek pembangunan. Harusnya menjadi subjek dari pembangunan atau bagian dari pelaku pembangunan itu.
Diceritakan pengalaman dia di masa-masa siswa kebanyakan yang memiliki potensi mendapat peringkat atau rangking kelas selalu saja perempuan.
"Mulai saya SD, SMP dan SMA perempuan selalu meraih perengkingan. Namun fakta terbalik pasca studi potensi yang di milikinya itu tidak di kembangkan,"katanya.
Paradigma tersebut harus dirubah melalui proteksi tentang potensi yang di miliki perempuan hari ini sesuai dengan semangat kesetaraan gender.
"Basis kapasitasnya yang perlu ditingkatkan. Selama dia merasa bisa. Ayok,"ajaknya. (red)