Mataram, incinews.net: Setelah India, Indonesia menemukan deposit bijih tembaga emas Onto di wilayah Kecamatan Hu'u Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Penemuan itu dilakukan oleh PT Sumbawa Timur Mining (STM). STM adalah pemegang Kontrak Karya (KK) generasi ke-7 untuk Proyek Hu'u dan merupakan perusahaan patungan antara Eastern Star Resources Pty Ltd (80%), anak perusahaan yang 100% sahamnya milik Vale SA, dan PT Antam Tbk. (20%).
Mereka sebenarnya sudah melakukan eksplorasi sejak 2010 lalu, dan sedang melanjutkan pemboran di dalam dan di sekitar wilayah deposit Onto untuk menentukan batas dan ke-meneruskan kedalaman dari mineralisasi.
Anggota DPRD NTB Fraksi PKB mengatakan, hadirnya tambang di dompu bukan sebagai momok yang menakutka. Tapi sebagai potensi dan peluang.
Hal itu disampaikan Akhdiansyah di Gedung DPRD NTB di jalan udayan kota mataram, kemarin (8/3/2020).
Ia menilai, hadirnya tambang merupakan ruang bagi masyarakat NTB khususnya Dompu untuk meningkatkan kesejahtraan, meningkatkan kualitas hidup, ruang pekerja semakin tinggi.
"Posisiningnya masyarakat ya menyiapkan diri. Ini barang pasti datang. Peluang bagi semua orang lebih khusus masyarakat Dompu. Karena ruang bagi dia untuk meningkatkan kesejahtraan, untuk meningkatkan kualitas ruang pekerja semakin tinggi," kata Akhdiansyah.
Cuman, sambung ia, harus dipersiapkan dengan matang sekarang. Jangan sampai sumberdayanya banyak yang dari luar, yang harus prioritaskan masyarakat lokal. Jangan sampai pendapatannya lebih banyak yang kelaluar kerena tidak menguatkan daerah lokal. "Jangan juga berdampak pada jangka panjang lingkungan hidup kedepan. Jangan anggap ini sebagai momok kalo saya. Saya membaca sebagai potensi bagi kemajuan daerah terutama masyarakat," kata Sekretris Partai PKB ini.
Selain itu, hadirnya tambang adanya
ruang dan peluang untuk pengembangan daerah, SDM masyarakat. Ada ekspektasi, bukan hanya dompu NTB tapi indonesia. "Harusnya merasa kalo ini adalah aset dan Potensi, maka harus persiapkan diri sekarang," tutupnya.
Sementara, sebelumnya PT Sumbawa Timur Mining (STM) mengumumkan penemuan deposit bijih tembaga emas Onto di wilayah Kecamatan Hu'u Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sejak tahun 2010 pihaknya telah melakukan kegiatan eksplorasi di dalam wilayah KK (kontrak karya) Proyek Hu'u.
Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agung Pribadi menerangkan pada tahap selanjutnya penemuan akan memberikan multiplier effect.
"Saat ini proyek tersebut mempekerjakan hampir 600 karyawan termasuk kontraktor, di mana 70% diantaranya berasal dari lingkungan sekitar proyek eksplorasi," ungkapnya, Kamis, (20/02/2020).
Nantinya, STM akan melanjutkan pemboran di dalam dan di sekitar wilayah deposit Onto untuk menentukan batas dan kemenerusan (persistence) kedalaman dari mineralisasi.
"Pastinya tenaga kerja setempat akan terus bertambah, meneruskan eksplorasi, dan lebih-lebih nanti jika berlanjut ke fase eksploitasi," terangnya.
Sementara, Presiden Direktur STM Bede Evans menyampaikan penemuan deposit bijih tembaga emas Onto memberi gambaran nilai dan peluang yang dimiliki proyek Hu'u, di mana saat ini proyek Hu'u sedang dalam tahap eksplorasi.
"Kami berharap dapat melanjutkan proyek ini dengan tujuan untuk membangun sebuah operasi penambangan kelas dunia di Indonesia," ucapnya.
Perusahaan ini telah menyelesaikan negosiasi amandemen KK dengan Pemerintah Indonesia pada 7 Mei 2019 sebagai dasar bagi perusahaan melanjutkan kegiatan eksplorasi untuk menentukan sumber daya dan cadangan mineral di wilayah KK PT STM. Dengan Amandemen KK ini, perusahaan akan memastikan kelayakan teknis dan ekonomis dari operasi penambangan block cave Proyek Hu'u.
STM adalah pemegang Kontrak Karya (KK) generasi ke-7 untuk Proyek Hu'u dan merupakan perusahaan patungan antara Eastern Star Resources Pty Ltd (80%), anak perusahaan yang 100% sahamnya milik Vale SA, dan PT Antam Tbk. (20%).
Deposit sumber daya mineral Onto pertama kali ditemukan pada Agustus 2013 dan sejak saat itu sebanyak 64 lubang pemboran (setara dengan 61.000m) telah dilakukan untuk menentukan ukuran, luas dan karakteristik sumber daya mineral.
Berdasarkan perkiraan sumber daya mineral yang dilakukan STM per Desember 2019, total sumber daya mineral tertunjuk adalah sebesar 0,76 miliar ton @ 0,93% tembaga dan 0,56 g/t emas serta total sumber daya mineral tereka sebesar 0,96 miliar ton @ 0,87% tembaga dan 0,44 g/t emas.
Angka tersebut setara dengan total 1,7 miliar ton @ 0,89% tembaga dan 0,49 g/t emas. Selain sumber daya mineral di atas, target eksplorasi di sekitar area juga telah ditetapkan sebesar 0,6-1,7 miliar ton @ 0,20,7% tembaga dan 0,1-0,3 g/t emas.
"Deretan tambang emas di Indonesia"
Sebagai informasi, Indonesia memiliki beberapa tambang emas. Pertama, yang dikelola oleh PT Freeport Indonesia (FPI) di Papua. Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas (Clayton Allen Wenas) mengatakan dalam sehari Freeport memproduksi emas sebanyak 240 ton.
Dia menerangkan Freeport memproduksi 6.065 ton konsentrat per hari. Konsentrat ini adalah pasir olahan dari batuan tambang (ore), yang mengandung tembaga, emas, dan perak.
Kemudian tambang selanjutnya yang dikelola oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Adapun produksi mineral yang diproduksi perseroan yakni emas, perak dan tembaga. Produksi emas tahun ini target 180.000 Oz [ounce] sampai 200.000 Oz. Sedangkan di kuartal I 2019 ini realisasinya sudah mencapai 600.000 Oz.
Tambang kedua yang dikelola oleh Amman Mineral dulu dikenal sebagai Newmont Nusa Tenggara. Produksi emas dari tambang batu hijau yang berada di Nusa Tenggara Barat ini bisa mencapai hingga 100 kilo Oz emas dan 197 juta pound tembaga setahun.
Berdasarkan laporan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), induk usaha Amman Mineral Nusa Tenggara, fase tujuh bisa menggenjot produksi 4,47 miliar pon tembaga dan 4,12 juta ounce emas pada akhir 2020 atau awal 2021.
Selanjutnya adalah tambang emas yang berlokasi di Sumatera Utara berada di bawah PT United Tractors Tbk (UNTR), anak usaha Grup Astra. UNTR memiliki 95% saham PT Agincourt Resources yang mengelola tambang emas Martabe. Produksi di tambang emas Martabe pada kisaran level 300 ribu-350 ribu ons/tahun.
Produksi emas ini juga naik dari realisasi produksi perusahaan sepanjang 2018 yang sebesar 167.506 Oz. Peningkatan produksi ini didukung dengan adanya peningkatan produksi pada lapisan oksida di tambang Tujuh Bukit dari 4 juta ton menjadi 8 juta ton.
Berikutnya PT Renuka Coalindo Tbk (SQMI) sebelumnya bergerak di sektor batu-bara, namun kini juga menggali emas. Perseroan resmi diambilalih oleh Wilton Resources Holding Pte. Ltd (WRH) dan saat ini memiliki kepemilikan sebesar 96,95% atas perusahaan.
Renuka Coalindo mulai Juni 2019 memproduksi emas dalam bentuk ore. Target produksi emas perusahaan diharapkan bisa mencapai 185 ribu troy ons per tahun dan memperbaiki kinerja keuangannya. Tambang yang berlokasi di Jawa Barat ini memiliki total cadangan sebanyak 26 ton gold content.
Tak ketinggalan juga Antam yang menggali emas dari tambang yang berada di Pongkor, Jawa Barat. Namun, tambang ini sendiri akan habis kontraknya pada 2021 mendatang.
Terakhir adalah tambang emas di tambang Poboya, yang berada di Palu, Sulawesi. Tambang ini digarap oleh PT Bumi Resources Minerals (BRMS), yang 36% sahamnya dipegang oleh PT Bumi Resources (BUMI).
Tambang emas Pongkor beroperasi sejak 1994 silam. Hingga Desember 2018, Aneka Tambang memiliki cadangan emas seberat 19 ton dan sumber daya emas setara dengan 42 ton. Pada tahun ini, mereka menargetkan volume produksi sebanyak 2 ton emas.
Proyek tambang emas tersebut memiliki jumlah cadangan sekitar 3,9 juta ton bijih dan jumlah sumber daya sekitar 7,9 juta ton bijih. berdasarkan hitungan BRMS tiap ton ore yang ditambang berpotensi hasilkan 4,3 gram emas murni. Produksi di tahun pertama diestimasikan 100.000 ton bijih. Level produksi tersebut diharapkan dapat naik menjadi 180.000 ton bijih di tahun kedua.
Jika kegiatan penambangan mulus, produksi emas dari tambang di Palu ini bisa naik sampai 600 ribu ton ore dalam beberapa tahun mendatang. Izin konstruksi dan produksi untuk tambang ini berlaku sampai 2050. (red)
Sebagai informasi, Indonesia memiliki beberapa tambang emas. Pertama, yang dikelola oleh PT Freeport Indonesia (FPI) di Papua. Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas (Clayton Allen Wenas) mengatakan dalam sehari Freeport memproduksi emas sebanyak 240 ton.
Dia menerangkan Freeport memproduksi 6.065 ton konsentrat per hari. Konsentrat ini adalah pasir olahan dari batuan tambang (ore), yang mengandung tembaga, emas, dan perak.
Kemudian tambang selanjutnya yang dikelola oleh PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Adapun produksi mineral yang diproduksi perseroan yakni emas, perak dan tembaga. Produksi emas tahun ini target 180.000 Oz [ounce] sampai 200.000 Oz. Sedangkan di kuartal I 2019 ini realisasinya sudah mencapai 600.000 Oz.
Tambang kedua yang dikelola oleh Amman Mineral dulu dikenal sebagai Newmont Nusa Tenggara. Produksi emas dari tambang batu hijau yang berada di Nusa Tenggara Barat ini bisa mencapai hingga 100 kilo Oz emas dan 197 juta pound tembaga setahun.
Berdasarkan laporan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), induk usaha Amman Mineral Nusa Tenggara, fase tujuh bisa menggenjot produksi 4,47 miliar pon tembaga dan 4,12 juta ounce emas pada akhir 2020 atau awal 2021.
Selanjutnya adalah tambang emas yang berlokasi di Sumatera Utara berada di bawah PT United Tractors Tbk (UNTR), anak usaha Grup Astra. UNTR memiliki 95% saham PT Agincourt Resources yang mengelola tambang emas Martabe. Produksi di tambang emas Martabe pada kisaran level 300 ribu-350 ribu ons/tahun.
Produksi emas ini juga naik dari realisasi produksi perusahaan sepanjang 2018 yang sebesar 167.506 Oz. Peningkatan produksi ini didukung dengan adanya peningkatan produksi pada lapisan oksida di tambang Tujuh Bukit dari 4 juta ton menjadi 8 juta ton.
Berikutnya PT Renuka Coalindo Tbk (SQMI) sebelumnya bergerak di sektor batu-bara, namun kini juga menggali emas. Perseroan resmi diambilalih oleh Wilton Resources Holding Pte. Ltd (WRH) dan saat ini memiliki kepemilikan sebesar 96,95% atas perusahaan.
Renuka Coalindo mulai Juni 2019 memproduksi emas dalam bentuk ore. Target produksi emas perusahaan diharapkan bisa mencapai 185 ribu troy ons per tahun dan memperbaiki kinerja keuangannya. Tambang yang berlokasi di Jawa Barat ini memiliki total cadangan sebanyak 26 ton gold content.
Tak ketinggalan juga Antam yang menggali emas dari tambang yang berada di Pongkor, Jawa Barat. Namun, tambang ini sendiri akan habis kontraknya pada 2021 mendatang.
Terakhir adalah tambang emas di tambang Poboya, yang berada di Palu, Sulawesi. Tambang ini digarap oleh PT Bumi Resources Minerals (BRMS), yang 36% sahamnya dipegang oleh PT Bumi Resources (BUMI).
Tambang emas Pongkor beroperasi sejak 1994 silam. Hingga Desember 2018, Aneka Tambang memiliki cadangan emas seberat 19 ton dan sumber daya emas setara dengan 42 ton. Pada tahun ini, mereka menargetkan volume produksi sebanyak 2 ton emas.
Proyek tambang emas tersebut memiliki jumlah cadangan sekitar 3,9 juta ton bijih dan jumlah sumber daya sekitar 7,9 juta ton bijih. berdasarkan hitungan BRMS tiap ton ore yang ditambang berpotensi hasilkan 4,3 gram emas murni. Produksi di tahun pertama diestimasikan 100.000 ton bijih. Level produksi tersebut diharapkan dapat naik menjadi 180.000 ton bijih di tahun kedua.
Jika kegiatan penambangan mulus, produksi emas dari tambang di Palu ini bisa naik sampai 600 ribu ton ore dalam beberapa tahun mendatang. Izin konstruksi dan produksi untuk tambang ini berlaku sampai 2050. (red)