Bima,Incinews.Net- Krisis air bersih bagi warga Desa Sangiang,
Kecamatan Wera, Kabupaten Bima hingga kini masih dirasakan, bahkan menjadi
masalah mendesak bagi warga Sangiang.
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya
berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfa'atkan oleh manusia untuk
dikonsumsi atau dalam melakukan aktifitas sehari-hari termasuk di antaranya
adalah SANITASI, ungkap Resnawati. Pada Sabtu (16/11).
“Standar air bersih diatur dalam peraturan menteri
Kesehatan Republik Indonesia No 32 tahun 2017 tentang standar baku mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan kesehatan air untuk keperluan higience
sanitasi, kolam renang, solus peraqua, dan pemandangan umum”, katanya.
Lanjut Kelas 3 IPA SMA Negeri Wera ini, untuk konsumsi
air minum menurut Departemen kesehatan, syarat air minum adalah tidak
berasa,tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat, walaupun
air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia,terdapat resiko bahwa air ini
telah tercemar oleh bakteri(Misalnya Echerichia coli) atau zat-zat berbahaya.
Walaupun bakteri dapat di bunuh dengan memasak air hingga 100•C. Banyaj zat
berbahaya,terutama Logam,tidak dapat dihilangkan dengan cara lain,yang menjadi
masalah adalah apakah air yang diambil dipinggir pantai apakah sehat dikonsumsi
secara langsung oleh manusia dengan skala yang terus menerus ?. Dengan
syarat tidak berasa tidak berbau, dan
tidak berwarna memang memenuhi syarat. Tetapi,apakah air yang dikonsumsi secara
langsung mengadung logam yang berat atau tidak belum diketahui. Secara air yang
diambil bukan dati mata air yang pertama melainkan air yang mengalir dari jauh
dan melewati celah-celah batu yang berada di sepanjang sungai, jelasnya.
Dikatakan Resnawati, padahal Pemerintah Desa Sangiang
pada tahun 2018 lalu sudah menguncurkan anggaran sebesar 240 juta untuk
mengatasi krisis air bersih yang melanda masyarakat Desa Sangiang.Namun,hingga
sa'at ini anggaran sebanyak itu nyatanya belum mampu mengatasi krisis air
bersih. “Masyarakatpun meminta agar Pemerintah Desa Sangiang segera bertindak
serius menangani krisis air bersih tersebut”, tegasnya.
Selama hampir 1 tahun ini masyarakat Desa Sangiang
hanya bisa memanfa'atkan air sumur dipinggir pantai seberang Desa. Hampir
setiap hari masyarakat Desa Sangiang bergantian mengambil air di sumur
tersebut, baik berjalan kaki,maupun menggunakan sampan dan motor. Dalam
menaggulangi masalah yang serius sperti ini, pemerintah di upayakan untuk
menyelesaikan secepat mungkin masalah tersebut. Untuk mencegah penyakit diare
dan cacingan karena mengonsumsi air secara langsung tanpa proses karna akan
lebih fatal lagi akibatnya jika diteruskan dengan jangka waktu yang panjang,
tutup Resnawati. (inc)