Bima, Incinews. Net- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bima akan mengelar kegiata diskusi Kepemudaan, dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober 2019.
Ketua Umum HMI cabang Bima, Sukrin memgatakan merayakan ke-91 Tahun Hari Sumpah Pemuda maka, HMI Cabang Bima gelar Ngopi Pemuda dengan tema " Arah Pembangunan Dalam Perspektif Pemuda; Refleksi Hari Sumpah Pemdua 28 Oktober 2019" bertempat di Villa Kosambo Kota Bima, ungkapnya. Minggu (27/10).
"Undangan semua komponen pemuda, OKP Cipayung plus, KNPI Kota, KNPI Kabupaten, FPKT Kota dan Kabupaten Bima dan BEM Se-Kota dan Kabupaten Bima", katanya.
Dijelaskan Sukrin, Perjalanan bangsa Indonesia tidak terlepas dari peran dan perjuangan pemuda, jauh sebelum kemerdekaan pemuda Indonesia telah terbangun kesadarannya untuk merebut kemerdekaan dan membangun negara yang berdaulat. Jika ditinjau dari aspek sejarah, dimana pada tahun 1908 pemuda Indonesia mulai berani menyatakan sikap perlawanan terhadap penjajah melalui organisasi Budi Utomo sebagai sarana dalam rangka merumuskan langkah-langkah strategis untuk menyatukan bangsa dan merebut kemerdekaan. Sehingga pada tanggal 28 Oktober 1928 lahirlah sebuah ikrar pemuda sebagai komitmen penyatuan bangsa Indonesia atau yang kita kenal dengan “Hari Sumpah Pemuda”, jelasnya.
"Lahirnya ikrar sumpah pemuda Indonesia bukan tanpa dasar, tetapi dilatarbelakangi oleh adanya keresahan dan keterpanggilan jiwa pemuda untuk menyatakan komitmen bangsaan",terang sukrin.
Selama perjalanan bangsa, terutama dalam hal pembangunan nasional, posisi pemuda sebagai midle class memiliki kedudukan strategis. Pemuda-pemuda Indonesia telah banyak menyumbangkan tenaga dan fikiran dalam membangun bangsa dan negara. Oleh karenanya, sudah sepatutnya keberadaan pemuda Indonesia harus lebih diperhatikan, sebab mereka adalah aset yang akan berkontribusi dalam menyongsong pembangunan bangsa Indonesia sekarang dan di masa yang akan datang. Sebagai autokritik keberadaan pemuda kekinian yang mana pada faktanya telah terjadi distorsi gerakan dalam tubuh pemuda Indonesia, dimana yang seharusnya sikap idealis dan profesional itu menjadi identitas yang harus senantiasa melekat dalam diri pemuda guna mengawal perjalanan bangsa yang semakin tua (semakin banyak mengidap “penyakit yang mematikan”. Sebagai salah satu indikatornya, adalah kita sulit membedakan antara aktivis parpol dan aktivis mahasiswa yang akhir-akhir ini mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara. Di satu sisi, pola pikir, sikap dan tindakan pemuda Inonesia hari ini sudah jauh dari ikrarnya sebagai komitmen pemersatu bangsa Indonesia, pungkas Alumni Stisip Mbojo Bima ini.
Sukrin menegaskan dengan demikian, harus ada langkah-langkah strategis yang dimotori oleh komponen pemuda sebagai upaya pencegahan dan penyembuhan pemuda dari penyakit ideologi yang menyesatkan. Pemuda harus kembali pada sejarah dan falsafah bangsa sebagai identitas dan spirit perjuangan. Hanya dengan jalan demikian, pemuda dapat lebih banyak berkontribusi dengan ide dan gagasan serta kreativitas nyata sebagaimana pesan para pendidiri bangsa Indonesia,Tutupnya. (Inc)