Mataram, incinews.net- Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Dinas LHK) Provinsi NTB berencana akan mengembangkan Hasil Hutan Bukan Kayu. Pegembangan dengan pola kemitraan itu untuk mewujudkan cita-cita NTB Gemilang.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang tertuang dalam program unggulan NTB Gemilang, adalah membangun industri hasi hutan bukan kayu, salahsatunya adalah minyak Atsiri atau Essensial oil.
Sebagai bentuk mempercepat proses itu, Dinas LHK Provinsi NTB bersama perusahaan nasional akan menggandeng perusahaan dari Amerika yang bergerak di fragrance ingredients buyer, dalam rangka membangun pabrik penyulingan minyak Cengkeh, Minyak Serai dan Minyak Kayu Putih di Gangga Kabupaten Lombok Utara.
Atsiri atau essensial Oil sumber bahan bakunya antara lain tanaman Kayu Putih, Serai Wangi, Nilam serta Tanaman Cengkeh. Semua tanaman itu diproses menjadi minyak adalah daunnya.
Bahkan tipologi tanaman ini dapat bertahan dengan iklim panas ekstrem seperti di Pulau Sumbawa. Semakin panas iklimnya semakin baik kadar sineol maupun citronelanya
Salah satu strateginya kedepan adalah memastikan offtaker dari produk tanaman Kayu Putih, Serai Wangi, Daun Cengkeh serta Nilam yang tersebar di kawasan hutan (lokasi Perhutanan Sosial) dan kebun petani. Membangun partnership antara masyarakat sekitar hutan-national buyers dan international buyers mutlak dikawal.
"Itulah fungsi pemerintah, hadir dan berproses memastikan sumber bahan baku dan memastikan pasar,” kata Julmansyah, S.Hut., MAP, Kepala Bidang Pengelolaan Hutan Dinas LHK NTB, kepada media ini, rabu (3/10/2019) malam.
Perusahaan namanya Kasper Exchange dari Amerika dan CPL Aromas LTD dr United Kingdom, khusus fragrance Ingredients Buyer. Mereka ke NTB untuk memastikan dan melihat langsung pelibatan sumber bahan baku yakni petani kebun dan hutan.
“Bagi mereka ini mitra pertama antara masyarakat dan buyers terkoneksi dan Indonesia satu-satunya. karena selama ini banyak tengkulak yang bermain di perdagangan industri ini,” ujarnya.
Kedepan Dinas LHK akan terus mendorong rehabilitasi hutan dangan tanaman yang memiliki pangsa pasar bagus tapi waktu panennya tidak lebih dari 3 tahun serta dapat dipanen terus menerus.
“Pangsa pasarnya sangat besar, NTB Gemilang mengambil segmen industri ini sangat tepat. Meski industri hasil hutan yang lain juga kita perhatikan,” ujar Julmansyah.
Tidak hanya itu, pihak yang digandeng itu baru pertama ke Indonesia. Bahkan mereka sangat senang berinteraksi dengan petani dan para ibu-ibu pengumpul daun cengkeh di Lombok Utara.
“Mereka siap menerima produk dari NTB, makanya mereka datang ke Lombok melihat pabrik dan melihat sumber bahan baku,” katanya.
Dinas akan memfasilitasi kerjasama bahan baku dari petani melalui skema Perhutanan Sosial dengan buyer nasional yang ada di Lombok, terkait kepastian harga dan sebagainya akan lebih stabil dan terhindar dari mata rantai perdagangan yg panjang akibat banyaknya pemain antara.
“Saat ini potensi tanaman penghasil Minyak Atsiri tersebar spot-spot di Lombok 5 - 50 Ha per spotnya, termasuk juga di Sumbawa,” katanya. (Inc)