NTB,Incinews.Net- Dalam hal implementasi program revitalisasi dan Zero Waste di NTB, ternyata kabupaten Dompu merupakan daerah yang paling siap dan paling maju dibandingkan Kabupaten/Kota lainnya. Bahkan keberhasilan Kabupaten Dompu menjadi Kabupaten terbaik dalam proses mewujudkan program unggulan Revitalisasi Posyandu menjadi posyandu keluarga telah diakui secara nasional.
Dari 433 posyandu yang ada di Dompu, 270 posyandu telah berhasil naik strata menjadi posyandu keluarga dalam kurun waktu 11 bulan saja. Hebatnya lagi, ke-270 Posyandu Keluarga tersebut juga terintegrasi dengan Program Jumpitan Sampah dari Bank Sampah. Sehingga masyarakatnya yang tidak memiliki BPJS cukup menukarkan sampah untuk membayar pengobatan di Puskesmas setempat. Sementara di daerah lain di NTB masih, capaiannya masih relatif lebih kecil, bahkan masih dalam tahapan penyiapan strategi dan konsolidasi.
Keberhasilan Dompu dalam menciptakan inovasi dan strategi mengelola posyandu keluarga terintegrasi bank sampah, terungkap dalam Rapat Koordinasi Pembagian peran Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-NTB terkait program Revitalisasi Posyandu, Zero Waste dan TPKJM Tingkat Provinsi NTB di Mataram selasa, (22/10-2019).
Wakil Gubernur NTB, Dr.Hj.Siti Rohmi Djalilah, M.Pd dalam paparannya sebagai keynote speaker pada pertemuan tersebut mengungkapkan revitalisasi posyandu menjadi program prioritas pemerintah Provinsi NTB. “Melalui revitalisasi ini, kita optimis bisa menangani lingkup dusun dengan cermat, dengan detail, dengan serius," ujarnya.
Menurut Wagub yang akrab disapa Umi Rohmi itu, melalui posyandu keluarga tidak hanya permasalahan kesehatan saja yang dapat dideteksi lebih dini, tapi juga hampir semua masalah sosial yang ada di masyarakat, bisa diselesaikan melalui pendekatan layanan di posyandu keluarga.
Sebab yang namanya revitalisasi posyandu, maka posyandu ini benar-benar kita revitalisasikan, kita fungsikan, kita berdayakan untuk melayani dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di desa, ujar Umi Rohmi.
Karena itu, didalam posyandu keluarga, kata Wagub, terdapat sejumlah layanan yang diintegrasikan. Mulai dari Posyandu KIA yang mencakup Bina keluarga balita (BKB), kelas stunting, kelas ibu hamil dan lain-lain. Kemudian Posbindu yaitu mencakup zero waste, kebencanaan dan deteksi dini. Juga Posyandu lansia mencakup pelayanan kesehatan dan deteksi dini. Serta Posyandu Remaja mencakup PUP (pendewasaan Usia Perkawinan) , Bahaya narkoba dan berbagai permasalahan remaja lainnya.
Pada kesempatan itu juga, Umi Rohmi berharap agar setelah digelar Rakor, Pemda di 10 Kabupaten/Kota di NTB langsung mempersiapkan sterateginya masing-masing dalam bersama-sama mewujudkan Posyandu Keluarga dan Zero Waste di NTB.
DOMPU JADI CONTOH BAIK
Pengelolaan Posyandu Keluarga terintegrasi Bank Sampah merupakan contoh baik yang bisa diadopsi oleh Kabupaten/Kota lainnya di NTB.
Kepala Dinas Kesehatan Dompu, Hj. Iris Juita Kastianti, SKM, MMKes saat mengikuti rapat dihadapan Wagub menjelaskan bahwa menggunakan sampah sebagai alat transaksi dalam membayar biaya pengobatan di puskesmas telah diujicoba sejak empat bulan yang lalu di UPTD Puskesmas Kempo. Dimana, Puskesmas Kempo sendiri memiliki 35 Posyandu yang seluruhnya adalah Posyandu Strata Keluarga yang terintegrasi dengan program Jumpitan Sampah.
“Masyarakat hanya perlu membawa sampah ke Posyandu dan ditukarkan dengan stiker. Nantinya ketika berobat ke Puskesmas, stiker ini bisa ditunjukan ke petugas loket puskesmas sebagai alat pembayaran,” tutur Hj. Iris.
Dengan terintegrasinya Posyandu Keluarga dengan Program Jumpitan Sampah ini dikatakan Hj. Iris membuat Partisipasi masyarakat untuk datang ke Posyandu semakin besar. Yang datang ke Posyandu tak hanya Ibu hamil dan Balita, tetapi juga remaja hingga masyarakat lanjut usia. Persis seperti tujuan utama terbentuknya Posyandu Keluarga tersebut, terangnya.
Hj. Iris menambahkan, sampah yang ditukarkan di Posyandu Keluarga terintegrasi Program Jumpitan Sampah ini diterima sudah dalam bentuk sampah yang sudah dipilah, khususnya pada sampah jenis plastik. Sampah plastik ini sendiri dihargai dengan beragam. Sampah gelas air mineral dibandrol seharga Rp. 1.500/kg, botol plastic air mineral ukuran 11 liter Rp. 2.500/kg, hingga botol bekas oli dan sejenisnya Rp. 3000/kg.
“Jadi bapak-bapak yang bekerja di sawah sekarang rajin mengumpulkan sampah plastik bekas pupuk atau semprotannya dan ditukarkan ke Posyandu,” imbuh Hj. Iris.
Tak hanya mengintergrasikan Posyandu Keluarga dengan Program Jumpitan Sampah, Kabupaten Dompu melalui Dinas Kesehatan juga menciptakan inovasi pemberian makanan tambahan pada balita berupa IBU JARI atau Inovasi Bubur, Jagung, Kelor, Ikan. Inovasi ini sendiri mengantarkan Kabupaten Dompu menjadi Kabupaten Inovatif tingkat Provinsi beberapa waktu yang lalu. Kini, Posyandu di Dompu tengah mengupayakan untuk pengadaan kolam ikan, serta tanaman sayur dan buah-buahan di setiap Desa. Khususnya pada Desa yang menjadi lokus stunting.
Capaian Kabupaten Dompu dalam revitalisasi Posyandu merupakan buah kerjasama Pemerintah daerah dengan berbagai perangkat daerahnya. Hj. Iris menjelaskan ada berbagai upaya yang telah dilakukan Kabupaten Dompu untuk mewujudkan hal tersebut. Diantaranya dengan menciptakan Peraturan Bupati mengenai Posyandu Keluarga. Kemudian, dengan melakukan pendampingan Posyandu yang intens dari petugas puskesmas, kader, dan relawan yang ada. Relawan sendiri berasal dari siswa dan siswi sekolah yang diberdayakan setiap sore hari sepulang mereka dari sekolah. Seluruh petugas Posyandu inilah yang selalu mendampingi masyarakat Dompu.
“Ini semua memang membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Dan kami telah benar-benar berkomitmen untuk mewujudkan revitalisasi posyandu ini,” tandasnya. (Inc)