Opini- Wisata kian mencuak diberbagai daerah sebagai salah satu program pemerintah daerah yang bisa meningkatkan Pendapatan Daerah. Di daerah Kabupaten Bima katakanlah, pembangunan wisata kini menjadi trending program pemerintah bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu program prioritas Daerah Kabupaten Bima.
Sebelum mengupas lebih lanjut tentang wisata ini, penulis mencoba melihat beberapa potensi lain yang bisa di kelola sebagai salah satu sumber pendapatan Daerah supaya kita lebih kritis melihat apa dibalik desnitasi wisata yang sesungguhnya. Beberapa sektor menjadi potensi yang bisa dikelola sebagai pendapatan daerah diantaranya fokus perhatian penulis adalah pertanian tanaman pangan dan holtikultura serta kelautan dan perikanan.
Sektor pertanian tanaman pangan dan holtikultura
Pertanian kiranya menjadi penting untuk diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Bima, hal ini tidak saja menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah ketika mampu dikelola dengan baik tetapi peningkatan perekonomian masyarakat akan mengalami perubahan yang cukup signifikan. Potensi lahan untuk tanaman pangan dan horticultura lebih kurang mencapai 134.604 Ha, dengan komoditas potensial yang dapat dikembangkan antara lain padi, jagung, kacang tanah, kedelai, ubi jalar, bawang merah, srikaya, mangga, pisang, papaya, sawo, dan nangka.
Potensi ini menuntut pemerintah Daerah untuk lebih menajamkan analisis pembangunan di sektor ini, beberapa hal menjadi ketidakbecusan dan ketidakmampuan pemerintah dalam mengelola potensi itu diantaranya:
1. Pemerintah mampu melihat potensi hasil pangan yang bisa di jadikan sebagai sumber PAD.
2. Pemerintah tidak mau menjemput peraturan pemerintah pusat tentang pertanian dengan menyusun Perbup dan Perda sesuai potensi hasil pangan.
Pembangunan pada sektor ini mengharuskan pemerintah daerah untuk membangun, melengkapi dan memperbaiki infrastruktur pendukung pembangunan serta peningkatan ekonomi masyarakat dan daerah. Seperti jalan ekonomi, jalan kabupaten dan lain lain.
Sektor Perikanan dan Kelautan
Potensi sumberdaya laut di Kab. Bima meliputi lahan budidaya seluas 10.943,5 Ha terdiri dari budidaya perairan umum seluas 5.821,00 Ha yang baru dimanfaatkan 862 Ha atau 14,81% dan perairan tambak seluas 5.122,5 Ha yang baru dimanfaatkan 1.294,96 Ha atau 25,285%, serta perairan laut seluas 29.674.000 Ha yang baru di manfaatkan 284.704 Ha atau 9,6%. Sementara posisi areal pesisir mencangkup pantai sepanjang kuraang lebih 640 km. Dengan potensi yang begitu besar, produksi ikan basah hasil tangkapan di laut dan ikan basah hasil budidaya di perairan umum rata-rata mencapai 21.609,03 ton per tahun.
Kekayan ini alam ini mesti di kelola dan kembangkan oleh pemerintah Daerah. Kedua potensi dan sumber daya di atas sudah cukup untuk menjadi sumber pendapatan dan peningakatan ekonomi masyarakat tanpa harus menggaet tentang program wisata.
Etika dan Moral "Islam": Karakter Kebimaan dan Keindonesiaan
Selama 350 tahun Indonesia di jajah oleh jepang, belum lagi oleh belanda. Namun jauh sebelum itu etika, moral dan akhlak telah mengakar dalam diri, menjadi karakter, ciri khas yang dimiliki oleh bangsa indonesia.
Memasuki pra kemerdekaan, harkat dan martabat kemanusiaan menyangkut"etika dan moral" kemanusiaan bangsa Indonesia menjadi penting penting untuk diperjuangkan. Perjuangan merebut kembali harkat dan martbat kemanusiaan, menumbuhkan kembali etika dan moral bangsa, Indonesia dengan seluruh kekuatan baik dari kekuatan ulama, nasionalis, pemuda mampu memproklamasikan kemerdekaannya pada bulan Agustus 1945 tepatnya hari jumat tanggal 17.
Ini membuktikan bahwa etika dan moral menjadi pondasi dasar karakter bangsa yang di akui oleh dunia. Daerah Bima sebagai salah satu daerah yang usianya hampir sama dengan bangsa indonesia menjadikan etika, moral dan akhlak agama "Islam" mewarnai kultur dan tradisi masyarakat Bima sebagai daerah yang memiliki ciri khas Keislaman yang berbeda dengan daerah lain. Religiusitas Islam yang begitu kritis mewarnai corak pemikiran masyarakat Bima dengan tandai dengan kuatnya kajian Filsafat Islam (Fitual).
Namun hari ini nilai tadi kian mengalami kemerosotan dan tidak penting lagi untuk di bicarakan lebih lebih untuk perjuangkan oleh seluruh civitas Bima baik Pemuda, Mahasiswa, Ormas, OKP lebih lebih pemerintah Daerah Kabupaten Bima.
Saatnya, kesadaran akan pentingnya etika dan moral agama sebagai basic karakter mulai di jadikan tema tema diskusi setiap OKP dan Ormas Islam di wilayah Bima baik HMI, IMM, PMII, KAMMI dan organisasi Islam Lainnya.
Wisata sebagai Ruang Perdangan Etik Moral dan Westernisasi
Berangkat dari pada beberapa hal di atas penulis menganggap wisata bisa dikatakan sebagai salah satu modus operanding. Ruang perdagangan etik, moral dan westernisasi.
Daerah Bima memang memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan untuk destinasi wisata, Namun bukan berarti pengembangan wisata menjadi keharusan bagi daerah.
Kabupaten bima cukup dengan mengelola dua potensi di atas tadi untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan ekonomi masyarakat dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Berbagai daerah bisa dijadikan sampel (lombok, bali, labuan bajo dll) terjadinya kemerosotan etika dan moral agama, agenda jual beli moral dengan masuknya wisata.
Perencanaan pembangunan wisata mungkin bisa memberikan untung (laba) terhadap peningkatan nominal rupiah Daerah namun perlu pertimbangkan dengan adanya dampak yang begitu buruk terhadap ciri khas dan karakter kebimaan kita. Kasarnya pemerintah daerah menjual etika dan moral masyarkat bima untuk meningkatkan pendapatan daerah.
Penulis adalah : Muaidin Selaku Kabid Pembinaan Anggota HMI Cabang Bima Periode 2019-2020