Oleh: Dino Marahu
Opini-Hari menjelang malam, saya duduk dipojok kiri gerbang istana Bima, sambil menikmati susana malam, sesekali menolehkan muka kedalam, melihat bangunan istana yang megah pada jamanya, terlihat ada kehiningan yang tampak dari dalam istana Bima, sepi mencekap seperti penjara tak berpenghuni, apakah ada sosok-sosok yang mendiaminya sehingga memantulkan energi dan pancaran aura mistis tidak seperti tempat biasa pada umumnya. Bangunan itu berdiri kokoh di tengah bisingan dan hiruk pikuk kehidupan malam di Serasuba, tidakkah dari sebagian mereka milihat dan merenungkan dari luar pagar istana?, betapa hebatnya kehidupan istana dulu sewaktu masih ada prajurit dan putra mahkota (Raja) sebagai penghuni yang memimpin kerajaan itu?, kitapun akan berimajinasi sesuai kehendak dan pengetahuan masing-masing.
Istana itu sudah meninggalkan banyak sejarah dan kenangan yang masih membekas dalam kehidupan masyarakat Bima, kini istana tersebut sudah menjadi bangunan tua tak bertuan, tidak lebih sebagai bukti, bahwa ada kehidupan para raton yang menguasai Tanah Bima dalam sistem kerajaan yang sah diwilayah timur nusantara.
Ingatan masyarakat Bima terhadap kerajaan waktu itu masih sangat melekat dalam kehidupanya, itu sebagai tanda bahwa antara kerajaan (Raja) dengan masyarakat begitu dekat sehingga melahirkan ruang interaksi yang harmonis antara pribadi Raja dengan Rakyatnya sehingga mewariskan sebuah motto, Toho Mpara Ndai, Surampa Dou Labo Dana sebagai sebuah perwakilan sejarah yang menjelaskan tentang kehidupan para Raja dengan Rakyatnya yang dipimpin.
Motto itu melambangkan suatu sikap dan perilaku merakyat, Pemimpin harus hadir di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari cara yang paling humanis untuk mengelaborasikan antara kepentingan Rakyat (aspirasi) dengan kebijakan pemimpin dalam mengambil suatu keputusan, hal tersebut sangat melekat sekali kepada pribadi kharismatik Almarhum Bupati Bima sapaan akrab Dae Ferry. Beliau sudah memelopori lahirnya blusukan sebelum istilah blusukan tersebut menasional, Dae Ferry berada di tengah-tengah warga desa, bercengkrama, berdikusi dan berdialog serta berinterasi dengan masyarakat tampa batas, Selain dari seorang Putra Mahkota beliau juga sebagai Bupati Bima. sungguh pribadi yang luar biasa serta berkesan bagi banyak orang sehingga tercermin dari dukungan mayoritas masyarakat kabupaten Bima lebih dari 60 % di periode kedua pada Pilkada yang lalu.
Memoriam itu menginspirasi banyak orang, terutama kalangan politisi istana yang melihat hal tersebut sebagai peluang politis dalam menggaet dukungan dan simpatisan masyarakat kultural. kesempatan itu dimanfaatkan sebaik mungkin oleh Istana sebagai kekuatan dan energi baru guna merebut kembali kekuasaan sebagai orang nomor satu di Kabupaten Bima.
Ekspektasi masyarakat Bima terhadap sosok Almarhum Dae Ferry tercermin dari cara istana melekatkan sosok Sang Ratu (Hj. Indah Damayanti Putri) sebagai bagian dari representasi kekuatan Istana Bima. Umi Dinda Sapaan Akrabnya adalah pribadi yang paling dekat dengan almarhum, beliau sebagai sorang istri Bupati sekaligu sebagai Sang Ratu yang selalu mendampingi serta menakhodai di dalam perjalanan kepemimpinan Bupati Bima Dae Ferry selama dua periode lalu.
Umi Dinda menjadi kekuatan kedua (Second Of Power) dalam membantu di berbagai kesempatan dari dalam istana, seperti hal nya mengambil peran menjadi Ketua PKK Kabupaten Bima dalam mengabdikan dirinya kepada masyarakat. Modal itu sudah cukup baginya untuk bertarung di pilkada tahun 2015 lalu sehingga keluar sebagai pemenang. Masihkan wacana yang sama yang akan dipertautkan untuk menggaet mosi dan simpatik masyarakat Kabupaten Bima pada pilkada 2020 mendatang?.
Pada sisi yang lain, terdengar ada sosok perempuan dengan segudang pengalaman politik di berbagai moment pilkada, sosok itu selalu mewarnai disetiap adegium pilitik, Pergulatan politik sudah menjadi hal biasa bagi pribadinya bukan sebagai sebuah tantangan yang patut di takuti, Sebut saja Hj. Ferra Amelia, SE.,MM adalah pribadi yang sangat matang serta berjiwa petarung adalah bagian dari sikap seorang kesatria yang pernah lahir dan dibesarkan dari dalam istana Bima serta pribadi yang paling dekat dengan almarhum Dae Ferry.
Disamping sebagai adik kandung yang pernah berjuang bersama diberbagai kesempatan Pilkada baik di Pilkada Kota maupun Pilkada di kabupaten Bima, sikap kebersamaan kakak beradik tersebut seperti setali mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain serta saling mengisi dan memberikan dukungan dalam berbagai kesempatan, peristiwa itu tidak lagi rahasia umum, akan tetapi sudah menjadi fakta sosial dan pengetahuan publik.
Oleh karena itu, penulis mencoba mengulas kedua sisi Srikandi yang pernah bersama Almarhum Dae Ferry semasa hidup. Satu srikandi sebagai mantan Istri Bupati sekaligus sebagai mantan Ratu dalam istana kerajaan Bima, disisi yang lain ada Srikandi juga, sebagai adik kandung sekaligus keturunan langsung Raja Bima, Putri mendiang Almarhum Sutan Abdul Kahir, beliau berperan aktif bahkan dalam kesempatan lain Dae Ferra pernah menjadi ketua Tim Harian Fersy Rakyat Jilid I dan Jilid II pada perhelatan Pilkada Kabupaten Bima sebelumnya.
Dua srikandi dalam satu atap istana Bima ini punya hubungan Langsung diberbagai dinamika dan kesempatan dalam ruang lingkup istana, Mereka mempunyai peran masing-masing dari sekedar keberadaanya serta mendiami istana dalam satu atap, Jika hal tersebut sekiranya ada kesempatan yang sama, sama-sama di utus oleh istana Bima untuk memperebutkan kuris orang nomor satu atau orang nomor dua di Pilkada 2020 mendatang? Siapakah sesungguhnya yang akan mendapat legitimasi serta magnet politik Ferry Efek dalam memperebutkan simpatisan istana dan masyarakat kultural? dua srikandi manakah sebagai pamungkas magnet Ferry Efek jika kedua Srikandi tersebut di pentaskan dalam satu hajatan besar di Perhelatan Pilkada 2020 yang akan datang? hal itu perlu bukti bukan sekedar analitik!. Para pembaca yang budiman, penulis ingin menggelitik kesadaran kritis para pembaca, bukan berkamsud menghakimi siapapun, tentunya para pembaca sudah mempunyai pandangan dan ekspektasi masing-masing tentang dinamika politik Istana.
Wassalam.
Penulis adalah Mantan Sekretaris Umum Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) DPD II GOLKAR Kota Bima sekaligus menulis di berbagai media.